PENGGUNAAN ALAT PERAGA KARTU BILANGAN
UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BIDANG STUDI MATEMATIKA DI MADRASAH IBTIDAIYAH
HIDAYATUS SHIBYAN KECOMBERAN TALUN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana
Pendidikan Islam ( S.Pd.I )
pada Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ( PGMI )
Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Syekh Nurjati Cirebon
Disusun
oleh
MUHAMAD
IDRIS
NIM
: 07480017
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK
INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SYEKH NURJATI
CIREBON
2011
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Pengertian media
menurut bahasa adalah sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar sebagai
sesuatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, Hendri Raharjo ( 2009 : 42 )
karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam
menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada
anak didik.
Adapun menurut istilah
media diartikan bahwa media merupakan bagian dari sumber pembelajaran yang
didalamnya proses pembelajaran.
Ada 2 unsur yang terkandung dalam media
pembelajaran, yaitu :
a.
Pesan atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan,
dengan istilah lain disebut perangkat lunak.
b.
Alat penampil atau perangkat keras.
Contohnya, seorang guru
akan mengajarkan tentang tata cara pengucapaan
kata-kata dengan bahasa asing, contoh media pembelajaran yang lain ialah
video, kaset, film, radio, buku cetak dsb.
Setiap materi pelajaran
memiliki kesukaran yang berbeda-beda dan untuk menyederhanakan tingkat
kesukaran tersebut diperlukan kehadiran media sebagai alat bantu seperti : kartu
bilangan, globe, grafik, gambar dan lain-lain.
Arief S. Sadiman dkk, (
2003 : 6 ) mengemukakan bahwa kata media beasala dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara
atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan.
Kalau kita lihat
perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu visual,
yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman
yang konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi
belajar siswa.
Dari pengertian media
yang dikemukakan beberapa ahli di atas dapat dipahami bahwa pengertian media
tidaka jauh beda dengan yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas. Namun
penulis lebih cenderung terhadap pendapat yang dikemukakan oleh Hendri Raharjo
dikarenakan diungkapkan secara lebih luas. Karena yang akan penulis teliti
dalam hal ini juga tentang alat bantu unutk meningkatkan suatu pembelajaran
yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik agar dapat memiliki
pengalaman dan motivasi yang baru dan akan terciptanya pembelajaran yang aktif
dan efektif sehingga akan terjadi meningkatnya prestasi belajar siswa ketika
proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media, karena akan mempercepat
dalam mengantar pesan kepada penerima pesan yaitu peserta didik.
Disamping itu media
juga mempunyai fungsi untuk mengatasi kebosanan dan kelelahan yang diakibatkan
dari penjelasan guru yang sukar dimengerti. Penggunaan media harus menunjang tujuan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Oleh sebab itu, guru
harus terus menerus berusaha mengembangkan diri sendiri agar terus berkembang
karena hal ini dapat membantu guru-guru dalam menjalankan tugas-tugasnya,
sehingga menyebabkan suasana kelas menjadi tertib dan harmonis, ini akan
mempercepat tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pendidikan tidak akan
tercapai tanpa adanya kerja sama antara kepala sekolah, guru dan murid. Namun
kepala sekolah juga harus menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Tugas kepala
sekolah dalam pendidikan antara lain adalah sebagai administrator pendidikan
dan supervisor pendidikan sehingga dapat memimpin anak buahnya lebih baik lagi
dalam menjalankan tugasnya terutama yaitu guru.
Kepala sekolah sebagai
administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah
baik didalam maupun diluar sekolah, mengatur proses belajar mengajar serta
hal-hal yang menyangkut kesiswaan, personalia sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pelajaran dalam pelajaran ketatausahaan, keuangan, serta
mengatur hubungan dengan masyarakat.
Sedangkan tugas kepala
sekolah sebagai adaministrator pendidikan sebagai berikut :
1.
Membuat perencanaan
a.
Program pengajaran
b.
Kesiswaan
c.
Kepegawaian
d.
Keuangan
e.
Sarana dan prasarana
2.
Menyusu struktur organisasi sekolah
3.
Sebagai koordinator dalam organisasi sekolah
4.
Mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah
( Yusak Burhanudin, 1998 : 120 )
Dengan ini kepala sekolah sebagai administrator harus
mengelola semua sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan pengaturan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Macam-macam Media
Menurut Hendri Raharjo,
( 2003 : 44 ) klasifikasi media dapat dilihat dari jenisnya, daya inputnya dan
dari bahan serta cara pembuatannya.
1.
Dilihat dari jenisnya, media dibagi dalam :
a.
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti : radio, cassette recorder, piringan hitam media
ini tidak cocok untuk orang yang mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b.
Media visual adalah media yag mengandlkan indra
penglihatan, media ini menampilkan gambar diam seperti film, rangkai foto,
gambar atau lukisan, cetakan dan juga yang menampilkan gambar atau symbol yang
bergerak seperti film bisu, film kartun.
c.
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure
suara, rupa dan gambar.
2.
Dilihat dari daya inputnya, media dibagi dalam :
a.
Media dan daya liput luas dan serentak. Contoh : radio
dan televise.
b.
Media dengan
daya liputnya terbatas oleh ruang dan tempat contoh : film, sound slide,
film rangkaian.
c.
Media untuk pengajaran individual. Media ini digunakan
hanya untuk seorang diri, contoh : modul berprogram dan pengajaran melalui
komputer.
3.
Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi :
a.
Media sederhana.
b.
Media kompleks.
3. Fungsi Media
Fungsi utama media
sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
OEMAR HAMALIK 1986
bahwa pemakaian media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikolohis terhadap siswa.
Hendri Raharjo ( 2009 :
47 ) mengemukakan empat fungsi media, khususnya media visual, yaitu :
1.
Fungsi Atensi, media visual merupakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visualyang ditampilkan / menyertai teks
materi pelajaran.
2.
Fungi efektif, media visual dapat dilihat dari tingkat
kenikmatan siswa ketika belajar ( atau membaca ) teks dan yang bergambar.
3.
Fungus kognitif, media visual terlihat dari temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambing visual / gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
4.
Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari
hasil penelitian bahwa mwdia visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teksdan
mengingatnya kembali.
Adapun fungsi menurut
Arief S. Sadiman ( 2003 : 7 ) yaitu sebagai berikut :
1.
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalitas ( dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka )
2.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra
3.
Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik
4.
Dengan sifat yang unik pada setiap tiap siswa ditambah
lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang pastinya berbeda-beda, sedangkan
kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru
akan banyak mengalamai kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.
Apabila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda msalah ini
dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuan sebagai berikut :
a.
Memberikan perangsang yang sama
b.
Mempersamakan pengalaman
c.
Menimbulkan persepsi yang sama
Media sangat penting
untuk menjalankan proses belajar mengajar, tanpa adanya media proses belajar
mengajar yang berlangsung akan kurang baik, tujuan pendidikan tidak akan
terwujud seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, jangan dilihat dari kepala
sekolah yang handal saja namun jika tidak didukung oleh para guru-gurunya yang
profesional dalam menjalankan kewajibannya sebagai guru, maka kegiatan belajar
mengajarpun tidak akan berjalan dengan baik.
4. Tujuan Media
Menurut Utomo
Dananjaya, ( 2010 : 10 ) peranan media akan lebih terlihat jika guru pandai
memanfaatkannya. Ketika fungsi-fungsi media pembelajaran diaplikasikan kedalam
proses belajar mengajar maka akan terlihat tujuannya sebagai berikut :
1.
Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari
keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
2.
Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih
lanjut dan dipecahkan oleh para siswa.
3.
Media sebagai sumber belajar bagi siswa.
Bertolak dari fungsi
dan tujuan media diharapkan pemahaman guru terhadap media menjadi lebih jelas,
sehingga tidak memanfaatkan media secara sembarangan. Guru dapat mengembangkan
media sesuai kemampuannya dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip dan
faktor-faktor dalam memilih dan menentukan media yang akan digunakan dalam proses
belajar mengajar.
Langkah-langkah dalam pemanfaatkan media
:
1.
Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media.
2.
Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan
memanfaatkan guna mencapai tujuan.
3.
Persiapan kelas. Siswa atau kelas harus mempunyai persiapan
dalam menerimapelajaran dengan menggunakan media tertentu.
4.
Langkah dan penyajian dan pemanfaatan media. Pada fase
ini penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran.
5.
Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa
belajar dengan memanfaatkan media pengajaran.
6.
Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan
belajar di evaluasi sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, yang
sekaligus dapat dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat
menunjang keberhasilan proses belajar siswa.
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh
para ahli. Menurut Hendri Raharjo ( 2009
: 48 ) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media
pembelajaran, penerimaannya kedalam program-program pengajaran berjalan amat
lambat.
Mereka mengemukakan
beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media
sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut :
1.
Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
2.
Pembelajaran bias menjadi lebih menarik.
3.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif diterapkannya
teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima.
4.
Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat
dipersingkat karena banyaknya media.
5.
Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana
integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan
elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik.
6.
Pembelajaran dapat diberikan papan dan dimana
diinginkan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara
individu.
7.
Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari
dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8.
Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif.
DALE ( 1969:180 )
mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat
asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dari uraian dan pendapat
beberapa para ahli diatas, dapatlah disimpulkan beberapa manfaat praktis dari
penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1.
Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
2.
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang
lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.
3.
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indra,
ruang, dan waktu.
4.
Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru.
B.
Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Ada beberapa
pengertian alat peraga dari berbagai
pendapat para ahli, sebagai berikut :
1. Menurut Nasution (1985: 100) “alat peraga adalah alat bantu dalam
mengajar agar efektif”.
2. Sumadi (1972:4), menjelaskan bahwa
alat peraga adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati
melalui panca indera.
Dari
pengertian diatas peneliti menyimpulkan alat
peraga pengajaran yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu
memperjelas, materi pengajaran yang diberikan kepada siswa dan juga dapat
dijadikan motivasi siswa agar senang dan tertarik didalam melaksanakan proses
belajar. Dengan menggunakan alat peraga berarti memberikan pengalaman konkrit
kepada siswa sehingga akan lebih mempermudah memahami serta mengingatkan materi
yang di pelajari. Alat peraga juga merupakan salah satu dari media pendidikan
alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat
berhasil dengan baik dan efektif.
2. Peranan Alat Peraga Untuk Pendidikan
Menurut Arsyad (2005) peranan alat
peraga disebutkan sebagai berikut.
1.
Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir
2. Alat peraga memperbesar perhatian siswa
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting
untuk perkembangan belajar.
4. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih
sistematis dan teratur.
Dari
uraian- uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa alat peraga dalam
pengajaran dapat berperan untuk meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir
sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar perhatian siswa, meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga belajar akan
lebih mudah di pahami oleh siswa.
3. Penggunaan Alat Peraga
Langkah - langkah penggunaan
alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai berikut. (Uum, 2009:26)
1. Merumuskan Indikator
Standar Kompetensi (SK) / Kompetensi Dasar (KD)
2. Menyiapkan alat dan bahan sebelum kegiatan
3.
Menjelaskan tujuan penggunaan alat peraga dalam proses belajar yang akan
dilaksakan bagi siswa
4. Memberikan motivasi
kepada siswa
5. Menjelaskan bentuk dan
bagian-bagian alat yang di pergunakan
6. Membuat
instruksi pengamatan berupa lembar kerja siswa agar siswa dapat
bekerja dengan maksimal
7.
Berkeliling dan mengontrol kegiatan siswa serta memberikan pengarahan
jika di perlukan
8. Menyediakan waktu yang
cukup bagi siswa yang ingin bertanya
9.
Mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi siswa pada akhir pembelajaran
Dari uraian di atas dapat
dijelaskan Langkah-langkah penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar
mengajar, sebagai berikut.
1. Merumuskan Indikator Standar Kompetensi
(SK) / Kompetensi Dasar (KD) maksudnya sebelum melaksanakan proses belajar
mengajar guru terlebih dahulu membuat perencanaan proses pembelajaran, sehingga
dapat mencapai standar kompetensi (SK) atau kompetensi dasar (KD).
2. Sebelum memulai pembelajaran guru
menyiapkan alat dan bahan sebelum.
maksudnya agar didalam proses belajar
mengajar berjalan dengan baik.
3. Menjelaskan tujuan penggunaan alat peraga
dalam proses belajar yang akan dilaksakan bagi siswa. maksudnya guru memberikan
penjelasan terlebih dahulu kepada siswa
apa tujuan penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar agar siswa
lebih mudah memahami apa yang akan diajarkan oleh guru.
4. Guru memberikan motivasi kepada siswa.
maksudnya agar siswa merespon dengan baik dan semangat dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
5. Menjelaskan bentuk dan bagian-bagian alat yang di pergunakan. maksudnya untuk
memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada siswa dalam proses pembelajaran.
6. Membuat instruksi pengamatan berupa lembar
kerja siswa agar siswa dapat bekerja dengan maksimal. maksudnya untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa di dalam proses belajar mengajar
7. Berkeliling dan mengontrol kegiatan siswa
serta memberikan pengarahan jika di
perlukan maksudnya untuk membuat proses belajar mengajar menjadi terarah dan
mencapai tujuan.
8. Menyediakan waktu yang cukup bagi siswa
yang ingin bertanya, maksudnya untuk memberikan
kesempatan kepada siswa apakah sudah memahami atau belum dalam kegiatan belajar
mengajar.
9. Mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi
siswa pada akhir pembelajaran. maksudnya untuk mengetahui apakah guru sudah
berhasil dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat peraga
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Kelebihan
penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). (Uum, 2009:27)
1. Melibatkan
siswa secara langsung
2. Membuat pengajaran jadi lebih luas dan
kongkrit
3. Memberikan
pengalaman nyata bagi siswa
4. Melatih
siswa melakukan keterampilan proses secara bervariasi
5. Siswa
dapat menemukan sendiri konsep-konsep dari hasil percobaan sehingga dapat
memotivasi belajarnya
Dari uraian di atas
dapat dijelaskan Kelebihan penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) sebagai berikut.
1.
Melibatkan siswa secara langsung adalah dalam proses
belajar mengajar siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar agar
berjalan dengan efektif.
2.
Membuat pengajaran jadi lebih luas dan kongkrit adalah
guru menerangkan dalam proses belajar mengajar
tidak monoton sehingga siswa
lebih cepat memahami apa yang diajarkan oleh guru.
3.
Memberikan pengalaman nyata bagi siswa adalah dengan
penggunaan alat peraga guru memberikan penjelasan secara nyata kepada siswa
sehinggga siswa dapat menemukannya dalam kehidupan sehari - hari.
4.
Melatih siswa melakukan keterampilan proses secara
bervariasi adalah dalam proses belajar mengajar guru memberikan berbagai
variasi model pembelajaran agar siswa cepat memahami apa yang diajarkan.
5.
Siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep dari hasil
percobaan sehingga dapat memotivasi belajarnya adalah agar siswa lebih kreatif
dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan dorongan kepada diri siswa.
Dari uraian-uraian di atas bahwa media atau alat bantu mengajar merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Kekurangan
Penggunaan Alat Peraga Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). (Uum, 2009:27)
1. Banyak
menyita waktu
2. Memerlukan
alat yang cukup banyak
3. Membutuhkan
perencanaan yang cukup matang
Dari uraian diatas dapat
dijelaskan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM).
1. Banyak menyita waktu, maksudnya penggunaan
alat peraga dalam kegiatan belajar
mengajar banyak menyita waktu karena guru harus mempersiapkan terlebih dahulu
sebelum melakukan proses belajar mengajar.
2. Memerlukan alat yang cukup banyak, maksudnya penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar membutuhkan
berbagai alat penunjang dalam penggunaan alat peraga.
3. Membutuhkan perencanaan yang cukup matang,
maksudnya penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar perlu
perencanaan apakah diperlukan atau tidak dalam pembelajaran.
4. Pengertian Pemahaman Siswa
Menurut
Nana Sudjana (2009) Pemahaman adalah Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari
pada pengetahuan. Sedangkan Menurut Suharsimi Arikunto (2007) Pemahaman siswa
pada sikapnya adalah perubahaan tingkah laku atau tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotor. Oleh sebab itu dalam pemahaman belajar siswa bertujuan untuk
menambah pengalaman belajar siswa, dalam suatu pelajaran yang sudah di ajarkan
oleh guru sehingga siswa lebih mudah mengerjakan soal – soal.
Dari
kedua pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa Pemahaman adalah aspek yang mengacu pada kemampuan memahami makna materi
yang dipelajari pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap
makna konsep maksud dari materi yang diterangkan yang ditandai antara lain
dengan kemampuan menjelaskan arti sebuah konsep dengan kata - kata sendiri.
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Prestasi adalah suatu
hasil dari proses pembelajaran yang dapat dilihat dengan evaluasi yang
dilakukan oleh guru. Adapun definisi evaluasi artinya penilaian terhadap
penilaian keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telahditerapkan dalam sebuah
program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut Tadrif ( 1989 )
berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang
siswasesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Adapaun tujuan, fungsi dan ragam
evaluasi menurut Muhibbin Syah ( 1995 : 94 )
sebagai berikut :
1)
Tujuan
evaluasi
Evaluasi yang berarti
pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada dasarnya merupakan proses
penyusunan deskripsi siswa, kuantitatif maupun kualitatif. Namun perlu penyusun
kemukakan, bahwa kebanyakan pelaksanaan evaluasi cendrung bersifat kuantitatif,
lantaran penggunaan angka atau skor untuk menetukan kualitas keseluruhan
kinerja akademik siswa dianggap sangat biasa. Walaupun begitu, guru yang piawai
dan profesionalakan berusaha mencari kiat evaluasi yang lugas, tuntas dan
meliputi eluruh kemampuan ranah cipta, rasa dan karsa siswa.
Adapun tujuan evaluasi sebagai berikut :
Pertama,
untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun
waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat
mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses hasil
belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu
kegiatan belajar siswanya itu.
Kedua, untuk mengetahui
posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan demikian,
hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah siswa
tersebut termasuk kategori cepat, sedang atau lambat dalam arti mutu kemampuan
belajarnya.
Ketiga, unutk
mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti
dengan evaluasi, guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil
yang baik pada umumnya menunjukan tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil
yang buruk adalah cermin usaha yang tidak efisien.
Keempat, unutk
mengetahui hingga sejauh siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (
kemampuan kecerdasan yang dimilikinya ) unutk keperluan belajar. Jadi, hasil
evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai gambaran realisasi pemanfaatan
kecerdasan siswa.
Kelima, untuk
mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah
digunakan guru dalam proses belajar-mengajar (PBM). Dengan demikian, apabila
sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar
siswa yang memuaskan, guru seyogyanya mengganti metode tersebut atau
mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi.
Adapun tujuan evaluasi menurut
Aunurrahman ( 2009 : 209 ) sebagai berikut :
Secara umum evaluasi bertujuan untuk
melihat sejauh man suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat tercapai
tujuan yang telah ditentukan secara spesifik. Evaluasi memiliki banyak
tujuan terdapat beberapa alasan mengapa
evaluasi itu harus dilakukan, yaitu :
1. Memperkuat kegiatan belajar
2. Menguji pemahaman dan kemampuan siswa
3. Memastikan pengetahuan prasyarat yang sesuai
4. Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran
5. Motivasi siswa
6. Memberi umpan balik bagi siswa
7. Memberi umpan balik bagi guru
8. Memelihara standar mutu
9. Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar
10. Memprediksi kinerja pembelajaran selanjutnya
11. Menilai kualitas belajar
2)
Fungsi
evaluasi.
Disamping memiliki
tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi sebagi berikut :
a.
Fungsi promosi unutk menetapkan kenaikan dan kelulusan.
b.
Fungsi diagnostic untuk mengidentifikasi kesulitan
belajar siswa dan merencanakan program remedial
teaching ( pengajaran perbaikan )
c.
Sumber data BP untuk memasok data siswa tertentu yang
memerlukan bimbingan dan penyuluhan ( BP )
d.
Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan
dating yang mengikuti perkembangan kurikulum, metode dan alat-alat PBM.
Selanjutnya,selain
memiliki fungsi-fungsi seperti diatas, evaluasi juga mengandung fungsi
psikologis yang cukup signifikan bagi siswa maupun bagi guru dan orangtuanya.
Bagi siswa, penilaian guru merupakan alat bantu untuk mengatasi kekurangmampuan
atau ketidakmampuannya dalam menilai kemampuan dan kemajuan diri sendirinya,
siswa memiliki kesadarannya yang lugas mengenai eksistensi kemampuan aklnya
sendiri ( Mulcahy et al, 1991 ). Dengan
demikian, siswa diharapkan mampu menentukan posisi dan statusnya secara tepat
diantara teman-teman dan masyarakatnya sendiri.
Bagi orangtua atau wali
siswa, dengan evaluasi kebutuhan akan pengetahuan mengenai hasil usaha dan
tanggung jawabnya mengembangkan potensi anak terpenuhi. Pengetahuan seperti ini
dapat mendatangkan rasa pasti kepada orangtua dan wali siswa dalam menentukan
langkah-langkah pendidikan lanjutan bagi anaknya. Sedangkan bagi para guru
sendiri ( sebagai evaluator ), hasil evaluasi prestasi tersebut dapat membantu
mereka dalam menentukan sikap diri sendiri.
3)
Ragam
evaluasi.
Pada prinsipnya,
evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh
karena itu, ragamnya pun banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks.
a.
Pre test dan post test.
Kegiatan pre test
dilakukan guru secara rutin pada setiap akan dimulai penyajian materi baru.
Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan
yang akan disajikan. Evaluasi ini berlangsung singkat dan sering tidak
memerlukan instrumen tertulis.
Post
test adalah kebalikan dari pre test, yakni evaluasi yang dilakukan oleh guru
pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah unutk mengetahui taraf
penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini uga berlangsung
singkat dan cukup dengan menggunakan instrument sederhana yang berisi item-item
yang jumlahnya sangat terbatas.
b.
Evaluasi bersyarat.
Evaluasi jenis ini
sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan
diajarkan. Contoh: evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan, karena penjumlahan
merupakan prasyarat atau dasar perkalian.
c.
Evaluasi diagnostik.
Evaluasi ini dilakukan
setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan
mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrument
evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah
membuat siswa mendapatkan kesulitan.
d.
Evaluasi formatif.
Evaluasi jenis ini
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya
ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic, yakni
untuk mendiagnosis ( mengetahui penyakit atau kesulitan ) kesulitan belajar
siswa. Hasil diagnosisi kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan
pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).
e.
Evaluasi sumatif.
Ragam penilaian sumatif
dilakukan untuk mengukur kinerja kademik atau prestasi belajar atau siswa pada
akhir priode pelaksanaan program pengajaran. Evluasi ini lazim dilakukan pada
setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan
resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya
siswa ke kelas yang lebih tinggi.
f.
UAS dan UN
UAS ( Ujian Akhir
Sekolah ) dan UN ( Ujian Nasional ) pada
prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan
status siswa. Namun, UAS dan UN ini dirancang unutk siswa yang telah menduduki
kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu seperti jenjang SD dan
MI ( Madrasah Ibtidaiyah ), dan seterusnya.
2. Faktor-faktor yang Mempenaruhi Prestasi
Belajar.
Menurut Sumiati (2009 : 38) pengertian belajar adalah sebagai
proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Menurut
Oemar Hamalik ( 2008 : 36 ) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman. Jadi belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
dari pada itu, yakni mengalami.
Kunandar ( 2007 : 298
) menyatakan bahwa belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari
persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan
kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap. Sedangkan menurut Cronbach
dikutip oleh Kunandar ( 2007 : 298-299 )
pengertian belajar adalah learning is
shown by a change in behavior as a result of experience. ( Belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman )
Aunurrahman ( 2009 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan dari elemen yang penting dari pengertian yaitu :
a.
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
b.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku. Perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga yang mengarah
pada tingkah laku yang lebih buruk tergantung pada keadan lingkungan tempat
siswa itu berada.
c.
Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang
sebenarnya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
Dengan demikian jelaslah bahwa belajar merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan serta
perkembangan pribadi dan perilaku individu sebagai dari hasil berbagai macam
pengalaman.
Menurut Muhibbin Syah (
1995 : 204 ) Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
kita bedakan menjadi tiga macam.
1.
Faktor internal ( faktor dari dalam siswa ), yakni
keadan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.
Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa ), yakni
kondisi lingkungan di sekitar siswa.
Faktor-faktor diatas
dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Seorang siswa yang bersikap concerving
terhadap ilmu pengetahuan tau bermotif ekstrinsik ( faktor Eksternal )
umpamanya biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan
tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinterigensi tinggi ( faktor
internal )dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya ( faktor eksternal ),
mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil
pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut diataslah, muncul
siswa-siswa yang berpretasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama
sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan
mampu mengantisipasi gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi
faktor yang menghambat proses belajar mereka.
1.
Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi
dua aspek yakni : 1) Aspek Pisiologis ( faktor yang bersifat jasmaniah ) ;2)
Aspek Psikologis ( yang bersifat rohaniah ); 3) Aspek Keluarga Sebagai
Lingkungan Pendidikan.
a.
Aspek pisiologis.
Kondisi umum jasmani dan tonus ( tegangan otot ) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ tubuh yang lemah, disertai pusing-pusing kepala misalnya,dapat menurunkan
kualitas ranah cipta ( kognitif ) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang
atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa
sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjukan memilih pola
istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini
penting sebab pola makan-minum dan istirhat akan menimbulkan reaksi tonus yang
negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti
tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khusunya
yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah,
umpamanya akan menyulitkan sensory
register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic ( agama dan citra ). Akibat negatif selanjutnya adalah
terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.
Untuk mengatasi
kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga di atas, anda selaku guru
yang profesional seyogianya bekerjasama
dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin ( periodic )
dari dinas-dinas kesehatan. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi
kekurang sempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa-siswa tertentu itu ialah
dengan menempatkan mereka di deretan terdepan secara bijaksana. Artinya, anda
tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan ( apalagi didepan umum ) bahwa mereka
ditempatkan di depan kelas karena kekurangbaikan mata dan telinga mereka.
Langkah bijaksana ini perlu diambil untun mempertahankan self-esteem dan self-confidence
siswa-siswa khusus tersebut. Kemerosotan self-esteem
dan self-confidence ( rasa
percaya diri ) seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya
cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi under achiever atau mungkin
gagal, meskipun kapasitas kognitif mereka normal atau lebih tinggi daripada
temen-temennya.
b.
Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk psikologi yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara
faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umunya dipandang lebih esensial itu
adalah sebagai berikut : 1) tingkat kecerdasan / intelegensi siswa; 2) sikap
siswa ; 3) bakat siswa ; 4) minat siswa ; 5) motivasi siwa.
Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas
otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi,
memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi
manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak
merupakan “ menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Tingkat
kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat
menentukan tingakat keberhasilan siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk
memperoleh sukses.
Sikap
siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap siswa yang positif, terutama
kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda yang baik
baik proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap
anda dan pada mata pelajaran anda, apalagi jika di iringi kebencian kepada anda
atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa
tersebut.
Bakat
Siswa
Secara umum bakat merupakan adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan dmkian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan
inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas
atau cerdas luar biasa disebut juga sebagai anak berbakat.
Minat siswa
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber ( 1988 ),
minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantngannya
yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti : pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Motifasi siswa
Pengertian dasar motifasi ialah keadaan internal organisme-
baik manusia ataupun hewan- yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara
terarah. Muhibbin Syah ( 2005 : 210 ).
c.
Aspek Keluarga sebagai Lingkungan Pendidikan
Tugas orang tua,
disamping member nafkah fisik seperti makan, minum, sandang, papan dan
sebagainya bagi perkembangan dan kesehatan keluarga, khususnya anak-anak, maka
tanggung jawab besar lainnya bagi orang tua adalah mendidik anak. Mendidik anak
bagi orang tua merupakan tugas dan tanggung jawab yang tidak dapat
ditawar-tawar, karena tanggung jawab ini sanagt penting dalam rangka
mengembangkan anak secara utuh dan sempurna, sehingga nantinya anak dapat
menjadi manusia dewasa yang dapat mengemban kewajiban, menjalankan risalah dan
menjalankan tanggung jawabnya, bagaik sebagai pribadi, sebagai anggota
keluarga, anggota masyarakat, sebagai warga Negara, sebagai warga dunia maupun
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa.
Dalam Qs. Lukman:13 Allah swt menganjurkan
agar manusia memperhatikan ketika lukman member pendidikan kepada anaknya,
dengan firman-Nya yang artinya ” Dan
(inagtlah) ketika Lukman berpetuah kepada anaknya,” Hai anakku! Janganlah kamu
mem-persekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah kezaliman yang
benar”
Ayat tersebut terkandung maksud agar
setiap orang tua memperhatikan dan mengikuti jejka Lukman, yakni member
pendidikan kepada anak untuk hal-hal yang sangat prinsip, agar nantinya tidak
mencelakakan diri anak dan keluarga.
2.
Faktor Eksternal Siswa.
Seperti faktor internal
siswa, faktor eksternal siswa juga berdiri atas dua macam yakni : faktor
lingkungan sosial dan faktor nonsosial.
a.
Lingkungan sosial.
Lingkungan sosial
sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu
menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan
yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi, dapt menjadi daya dorong yang positif bagi belajar siswa.
Lingkungan sosial yang
lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa
itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demokrasi keluarga ( letak rumah ), semuanya dapat memberi dampak
baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b.
Lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor yang
termasuk lingkungan nonsosial gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan dan waktu belajar yang
digunakan siswa.faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan siswa.
Contoh: kondisi rumah
yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki
sarana umum untuk kegiatan remaja ( seperti lapangan voli ) akan mendorong
siswa untuk berkeliaran yang ketempat-tempat yang sebenarnya tak pantas
dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin.
1991. Kapita Selekta Pendidikan ( Islam
dan Umum ). Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto,
Suharsimin. 2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto,
Suharsimi. 2007 . Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan . Bumi Aksara. Jakarta
Arsyad Azhar. 2009. Media Pembelajaran ,Raja Grafindo persada .Bandung
Ali, Muhammad. 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengaja. Bandung : Sinar Baru
Aunurrahman.2009.
Belajar Dan Pembelajaran. Bandung :
Alfabeta
Bariroh.2004.Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan Dalam Meningkatkan
Kegiatan Belajar Mengajar Di SLTPN 1 Losari, Kabupaten Cirebon.STAIN
Cirebon : Tidak Diterbitkan
Dale.1969.
audiovisual Method in Teaching. NY:
Dyden Pres
Dananjaya,
Utomo. 2010. Media Pembelajaran Aktif.
Bandung : Nuansa
Fathurrohman, Pupuh. dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT
Refika Aditama
Hamalik,
Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran.
Jakarta : Bumi Aksara
Kunandar. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dan
Persiapan menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Persada
Sadiman,
Arief S. 2003. Media Pendidikan.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung
: Al Fabeta
Sumiati.
dkk. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung
: CV Wacana Prima
Sumiartie,Uum,S.
2009. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga
dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar, UNSWAGATI Cirebon: tidak diterbitkan.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Syamsudin Makmun, Abin. 2009. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya
Raharjo, Hendri. 2009. Suplemen Multimedia Pembelajaran Berbasis
Komputer. Cirebon : CV Pangger
Rasyid,
Harun. dkk. 2009. Penilaian Hasil
Belajar. Bandung : CV Wacana Prima
Tidak ada komentar :
Posting Komentar