Kamis, 28 Agustus 2014

Catatan Hati dalam Pekerjaan

Dear sahabat joli...

Kerja itu wajib, dan sebenarnya kita punya andil dalam memilih pekerjaan kita. Sesuai hati... Kerja ikhlas itu laksana bermain dengan mainan yang kita sukai...
Namun bagaimana jadinya jika kita bekerja dengan pekerjaan yang tidak kita sukai?

Selasa, 26 Agustus 2014

Puisi Untuk Mas Ahmad Nur Hidayat

Kekagumanku
By : Zamy

Siapa dia?
Parasnya mampu membuat terpesona...
Siapa dia?
Lakunya mampu membuatku terpana...
Siapa dia?
Tutur katanya mampu membuat hati terkesima...
Siapa dia?
Dengan berjuta rasa q sematkan tanya...











Kamis, 21 Agustus 2014

Skripsi penggunaan alat kartu peraga

Sebelumnya mohon maaf ya mas Idris skripsinya aku simpan di blog ini :( leppy aku sering bermasalah hehe...


PENGGUNAAN  ALAT PERAGA KARTU BILANGAN
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
 BIDANG STUDI MATEMATIKA DI MADRASAH IBTIDAIYAH HIDAYATUS SHIBYAN KECOMBERAN TALUN  CIREBON

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I )
pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ( PGMI )
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Syekh Nurjati Cirebon


 








Disusun oleh
MUHAMAD IDRIS
NIM : 07480017


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SYEKH NURJATI
CIREBON
2011


BAB II
LANDASAN  TEORI

A.  Media Pembelajaran
1.    Pengertian Media
Pengertian media menurut bahasa adalah sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar sebagai sesuatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, Hendri Raharjo ( 2009 : 42 ) karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.
Adapun menurut istilah media diartikan bahwa media merupakan bagian dari sumber pembelajaran yang didalamnya proses pembelajaran.
Ada 2 unsur yang terkandung dalam media pembelajaran, yaitu :
a.                  Pesan atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan, dengan istilah lain disebut perangkat lunak.
b.                  Alat penampil atau perangkat keras.
Contohnya, seorang guru akan mengajarkan tentang tata cara pengucapaan  kata-kata dengan bahasa asing, contoh media pembelajaran yang lain ialah video, kaset, film, radio, buku cetak dsb.
Setiap materi pelajaran memiliki kesukaran yang berbeda-beda dan untuk menyederhanakan tingkat kesukaran tersebut diperlukan kehadiran media sebagai alat bantu seperti : kartu bilangan, globe, grafik, gambar dan lain-lain.
Arief S. Sadiman dkk, ( 2003 : 6 ) mengemukakan bahwa kata media beasala dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Kalau kita lihat perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman yang konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Dari pengertian media yang dikemukakan beberapa ahli di atas dapat dipahami bahwa pengertian media tidaka jauh beda dengan yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas. Namun penulis lebih cenderung terhadap pendapat yang dikemukakan oleh Hendri Raharjo dikarenakan diungkapkan secara lebih luas. Karena yang akan penulis teliti dalam hal ini juga tentang alat bantu unutk meningkatkan suatu pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik agar dapat memiliki pengalaman dan motivasi yang baru dan akan terciptanya pembelajaran yang aktif dan efektif sehingga akan terjadi meningkatnya prestasi belajar siswa ketika proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media, karena akan mempercepat dalam mengantar pesan kepada penerima pesan yaitu peserta didik.
Disamping itu media juga mempunyai fungsi untuk mengatasi kebosanan dan kelelahan yang diakibatkan dari penjelasan guru yang sukar dimengerti. Penggunaan media harus menunjang tujuan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Oleh sebab itu, guru harus terus menerus berusaha mengembangkan diri sendiri agar terus berkembang karena hal ini dapat membantu guru-guru dalam menjalankan tugas-tugasnya, sehingga menyebabkan suasana kelas menjadi tertib dan harmonis, ini akan mempercepat tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya kerja sama antara kepala sekolah, guru dan murid. Namun kepala sekolah juga harus menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Tugas kepala sekolah dalam pendidikan antara lain adalah sebagai administrator pendidikan dan supervisor pendidikan sehingga dapat memimpin anak buahnya lebih baik lagi dalam menjalankan tugasnya terutama yaitu guru.
Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah baik didalam maupun diluar sekolah, mengatur proses belajar mengajar serta hal-hal yang menyangkut kesiswaan, personalia sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelajaran dalam pelajaran ketatausahaan, keuangan, serta mengatur hubungan dengan masyarakat.
Sedangkan tugas kepala sekolah sebagai adaministrator pendidikan sebagai berikut :
1.    Membuat perencanaan
a.    Program pengajaran
b.    Kesiswaan
c.    Kepegawaian
d.   Keuangan
e.    Sarana dan prasarana
2.    Menyusu struktur organisasi sekolah
3.    Sebagai koordinator dalam organisasi sekolah
4.    Mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah  
( Yusak Burhanudin, 1998 : 120 )
Dengan ini kepala sekolah sebagai administrator harus mengelola semua sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan pengaturan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.    Macam-macam Media
Menurut Hendri Raharjo, ( 2003 : 44 ) klasifikasi media dapat dilihat dari jenisnya, daya inputnya dan dari bahan serta cara pembuatannya.
1.      Dilihat dari jenisnya, media dibagi dalam :
a.       Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti : radio, cassette recorder, piringan hitam media ini tidak cocok untuk orang yang mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b.      Media visual adalah media yag mengandlkan indra penglihatan, media ini menampilkan gambar diam seperti film, rangkai foto, gambar atau lukisan, cetakan dan juga yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
c.       Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suara, rupa dan gambar.
2.      Dilihat dari daya inputnya, media dibagi dalam :
a.       Media dan daya liput luas dan serentak. Contoh : radio dan televise.
b.      Media dengan  daya liputnya terbatas oleh ruang dan tempat contoh : film, sound slide, film rangkaian.
c.       Media untuk pengajaran individual. Media ini digunakan hanya untuk seorang diri, contoh : modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3.      Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi :
a.       Media sederhana.
b.      Media kompleks.
3.    Fungsi Media
Fungsi utama media sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
OEMAR HAMALIK 1986 bahwa pemakaian media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikolohis terhadap siswa.
Hendri Raharjo ( 2009 : 47 ) mengemukakan empat fungsi media, khususnya media visual, yaitu :
1.    Fungsi Atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visualyang ditampilkan / menyertai teks materi pelajaran.
2.    Fungi efektif, media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar ( atau membaca ) teks dan yang bergambar.
3.    Fungus kognitif, media visual terlihat dari temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambing visual / gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4.    Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa mwdia visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teksdan mengingatnya kembali.
Adapun fungsi menurut Arief S. Sadiman ( 2003 : 7 ) yaitu sebagai berikut :
1.    Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas ( dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka )
2.    Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra
3.    Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik
4.    Dengan sifat yang unik pada setiap tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang pastinya berbeda-beda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalamai kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apabila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda msalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuan sebagai berikut :
a.    Memberikan perangsang yang sama
b.    Mempersamakan pengalaman
c.    Menimbulkan persepsi yang sama
Media sangat penting untuk menjalankan proses belajar mengajar, tanpa adanya media proses belajar mengajar yang berlangsung akan kurang baik, tujuan pendidikan tidak akan terwujud seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, jangan dilihat dari kepala sekolah yang handal saja namun jika tidak didukung oleh para guru-gurunya yang profesional dalam menjalankan kewajibannya sebagai guru, maka kegiatan belajar mengajarpun tidak akan berjalan dengan baik.
4.      Tujuan Media
Menurut Utomo Dananjaya, ( 2010 : 10 ) peranan media akan lebih terlihat jika guru pandai memanfaatkannya. Ketika fungsi-fungsi media pembelajaran diaplikasikan kedalam proses belajar mengajar maka akan terlihat tujuannya sebagai berikut :
1.    Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
2.    Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa.
3.    Media sebagai sumber belajar bagi siswa.
Bertolak dari fungsi dan tujuan media diharapkan pemahaman guru terhadap media menjadi lebih jelas, sehingga tidak memanfaatkan media secara sembarangan. Guru dapat mengembangkan media sesuai kemampuannya dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip dan faktor-faktor dalam memilih dan menentukan media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dalam pemanfaatkan media :
1.    Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media.
2.    Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan memanfaatkan guna mencapai tujuan.
3.    Persiapan kelas. Siswa atau kelas harus mempunyai persiapan dalam menerimapelajaran dengan menggunakan media tertentu.
4.    Langkah dan penyajian dan pemanfaatan media. Pada fase ini penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran.
5.    Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfaatkan media pengajaran.
6.    Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar di evaluasi sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.
Berbagai  manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh para ahli. Menurut Hendri Raharjo  ( 2009 : 48 ) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya kedalam program-program pengajaran berjalan amat lambat.
Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut :
1.    Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
2.    Pembelajaran bias menjadi lebih menarik.
3.    Pembelajaran menjadi lebih interaktif diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima.
4.    Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena banyaknya media.
5.    Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik.
6.    Pembelajaran dapat diberikan papan dan dimana diinginkan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7.    Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8.    Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif.
DALE ( 1969:180 ) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dari uraian dan pendapat beberapa para ahli diatas, dapatlah disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1.    Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2.    Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.
3.    Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu.
4.    Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru.

B.   Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Ada  beberapa  pengertian  alat peraga dari  berbagai  pendapat   para ahli,  sebagai berikut :
1. Menurut Nasution (1985: 100) “alat peraga adalah alat bantu dalam mengajar agar efektif”.
2. Sumadi (1972:4), menjelaskan bahwa alat peraga adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera.
            Dari pengertian diatas peneliti menyimpulkan alat peraga pengajaran yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas, materi pengajaran yang diberikan kepada siswa dan juga dapat dijadikan motivasi siswa agar senang dan tertarik didalam melaksanakan proses belajar. Dengan menggunakan alat peraga berarti memberikan pengalaman konkrit kepada siswa sehingga akan lebih mempermudah memahami serta mengingatkan materi yang di pelajari. Alat peraga juga merupakan salah satu dari media pendidikan alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.
2. Peranan Alat Peraga Untuk Pendidikan
            Menurut  Arsyad (2005) peranan alat peraga disebutkan sebagai berikut.
1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir
2. Alat peraga memperbesar perhatian siswa
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar.
4. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.
            Dari uraian- uraian diatas  dapat disimpulkan  bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat berperan untuk meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar perhatian siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga belajar akan lebih mudah di pahami oleh siswa.
3. Penggunaan Alat Peraga
Langkah - langkah penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai berikut. (Uum, 2009:26)
1. Merumuskan Indikator Standar Kompetensi (SK) / Kompetensi Dasar (KD)
2. Menyiapkan alat dan  bahan sebelum kegiatan
3. Menjelaskan tujuan penggunaan alat peraga dalam proses belajar yang akan
    dilaksakan bagi siswa
4. Memberikan motivasi kepada siswa
5. Menjelaskan bentuk dan bagian-bagian  alat yang di pergunakan
6. Membuat instruksi pengamatan berupa lembar kerja siswa agar siswa dapat
    bekerja dengan maksimal
7. Berkeliling dan mengontrol kegiatan siswa serta memberikan  pengarahan
    jika di perlukan
8. Menyediakan waktu yang cukup bagi siswa yang ingin bertanya
9. Mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi siswa pada akhir pembelajaran

Dari uraian di atas dapat dijelaskan Langkah-langkah penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai berikut.
1.      Merumuskan Indikator Standar Kompetensi (SK) / Kompetensi Dasar (KD) maksudnya sebelum melaksanakan proses belajar mengajar guru terlebih dahulu membuat perencanaan proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai standar kompetensi (SK) atau kompetensi dasar (KD).
2.      Sebelum memulai pembelajaran guru menyiapkan alat dan  bahan sebelum. maksudnya  agar didalam proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
3.      Menjelaskan tujuan penggunaan alat peraga dalam proses belajar yang akan dilaksakan bagi siswa. maksudnya guru memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada  siswa apa tujuan penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih mudah memahami apa yang akan diajarkan oleh guru.
4.      Guru memberikan motivasi kepada siswa. maksudnya agar siswa merespon dengan baik dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
5.      Menjelaskan bentuk dan bagian-bagian  alat yang di pergunakan. maksudnya untuk memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada siswa dalam proses pembelajaran.
6.      Membuat instruksi pengamatan berupa lembar kerja siswa agar siswa dapat bekerja dengan maksimal. maksudnya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa di dalam proses belajar mengajar
7.      Berkeliling dan mengontrol kegiatan siswa serta memberikan  pengarahan jika di perlukan maksudnya untuk membuat proses belajar mengajar menjadi terarah dan mencapai tujuan.
8.      Menyediakan waktu yang cukup bagi siswa yang ingin bertanya, maksudnya  untuk memberikan kesempatan kepada siswa apakah sudah memahami atau belum dalam kegiatan belajar mengajar.
9.      Mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi siswa pada akhir pembelajaran. maksudnya untuk mengetahui apakah guru sudah berhasil dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat peraga Dalam  Kegiatan Belajar Mengajar
               Kelebihan penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). (Uum, 2009:27)
1.    Melibatkan siswa secara langsung
2.    Membuat pengajaran jadi lebih luas dan kongkrit
3.    Memberikan pengalaman nyata bagi siswa
4.    Melatih siswa melakukan keterampilan proses secara bervariasi
5.    Siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep dari hasil percobaan sehingga dapat memotivasi belajarnya
                        Dari uraian di atas dapat dijelaskan Kelebihan penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)  sebagai berikut.
1.      Melibatkan siswa secara langsung adalah dalam proses belajar mengajar siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar agar berjalan dengan efektif.
2.      Membuat pengajaran jadi lebih luas dan kongkrit adalah guru menerangkan dalam proses belajar mengajar  tidak monoton sehingga siswa  lebih cepat memahami apa yang diajarkan oleh guru.
3.      Memberikan pengalaman nyata bagi siswa adalah dengan penggunaan alat peraga guru memberikan penjelasan secara nyata kepada siswa sehinggga siswa dapat menemukannya dalam kehidupan sehari - hari.
4.      Melatih siswa melakukan keterampilan proses secara bervariasi adalah dalam proses belajar mengajar guru memberikan berbagai variasi model pembelajaran agar siswa cepat memahami apa yang diajarkan.
5.      Siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep dari hasil percobaan sehingga dapat memotivasi belajarnya adalah agar siswa lebih kreatif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan dorongan kepada diri siswa.
Dari uraian-uraian di atas bahwa media atau alat bantu mengajar merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
 Kekurangan Penggunaan Alat Peraga Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). (Uum, 2009:27)
1.    Banyak menyita waktu
2.    Memerlukan alat yang cukup  banyak
3.    Membutuhkan perencanaan yang cukup matang
Dari uraian diatas dapat dijelaskan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
1.      Banyak menyita waktu, maksudnya penggunaan alat peraga dalam kegiatan  belajar mengajar banyak menyita waktu karena guru harus mempersiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan proses belajar mengajar.
2.      Memerlukan alat yang cukup  banyak, maksudnya penggunaan alat peraga  dalam proses belajar mengajar membutuhkan berbagai alat penunjang dalam penggunaan alat peraga.
3.      Membutuhkan perencanaan yang cukup matang, maksudnya penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar perlu perencanaan apakah diperlukan atau tidak dalam pembelajaran.
4. Pengertian Pemahaman Siswa
            Menurut Nana Sudjana (2009) Pemahaman adalah Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan. Sedangkan Menurut Suharsimi Arikunto (2007) Pemahaman siswa pada sikapnya adalah perubahaan tingkah laku atau tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh sebab itu dalam pemahaman belajar siswa bertujuan untuk menambah pengalaman belajar siswa, dalam suatu pelajaran yang sudah di ajarkan oleh guru sehingga siswa lebih mudah mengerjakan soal – soal.
           Dari kedua  pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pemahaman adalah aspek yang mengacu pada kemampuan memahami makna materi yang dipelajari pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna konsep maksud dari materi yang diterangkan yang ditandai antara lain dengan kemampuan menjelaskan arti sebuah konsep dengan kata - kata sendiri.
C.  Prestasi Belajar
1.    Pengertian Prestasi
Prestasi adalah suatu hasil dari proses pembelajaran yang dapat dilihat dengan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Adapun definisi evaluasi artinya penilaian terhadap penilaian keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telahditerapkan dalam sebuah program. Padanan kata  evaluasi adalah assessment yang menurut Tadrif ( 1989 ) berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswasesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Adapaun tujuan, fungsi dan ragam evaluasi menurut Muhibbin Syah ( 1995 : 94 )  sebagai berikut :
1)        Tujuan evaluasi
Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, kuantitatif maupun kualitatif. Namun perlu penyusun kemukakan, bahwa kebanyakan pelaksanaan evaluasi cendrung bersifat kuantitatif, lantaran penggunaan angka atau skor untuk menetukan kualitas keseluruhan kinerja akademik siswa dianggap sangat biasa. Walaupun begitu, guru yang piawai dan profesionalakan berusaha mencari kiat evaluasi yang lugas, tuntas dan meliputi eluruh kemampuan ranah cipta, rasa dan karsa siswa.
Adapun tujuan evaluasi sebagai berikut :
            Pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses hasil belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya itu.
Kedua, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat, sedang atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya.
Ketiga, unutk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti dengan evaluasi, guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik pada umumnya menunjukan tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang buruk adalah cermin usaha yang tidak efisien.
Keempat, unutk mengetahui hingga sejauh siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya ( kemampuan kecerdasan yang dimilikinya ) unutk keperluan belajar. Jadi, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai gambaran realisasi pemanfaatan kecerdasan siswa.
Kelima, untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar-mengajar (PBM). Dengan demikian, apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru seyogyanya mengganti metode tersebut atau mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi.  
Adapun tujuan evaluasi menurut Aunurrahman ( 2009 : 209 ) sebagai berikut :
Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh man suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat tercapai tujuan yang telah ditentukan secara spesifik. Evaluasi memiliki banyak tujuan  terdapat beberapa alasan mengapa evaluasi itu harus dilakukan, yaitu :
1. Memperkuat kegiatan belajar
2. Menguji pemahaman dan kemampuan siswa
3. Memastikan pengetahuan prasyarat yang sesuai
4. Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran
5. Motivasi siswa
6. Memberi umpan balik bagi siswa
7. Memberi umpan balik bagi guru
8. Memelihara standar mutu
9. Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar
10. Memprediksi kinerja pembelajaran selanjutnya
11. Menilai kualitas belajar

2)        Fungsi evaluasi.
Disamping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi sebagi berikut :
a.    Fungsi promosi unutk menetapkan kenaikan dan kelulusan.
b.    Fungsi diagnostic untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching ( pengajaran perbaikan )
c.    Sumber data BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan ( BP )
d.   Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan dating yang mengikuti perkembangan kurikulum, metode dan alat-alat PBM.
Selanjutnya,selain memiliki fungsi-fungsi seperti diatas, evaluasi juga mengandung fungsi psikologis yang cukup signifikan bagi siswa maupun bagi guru dan orangtuanya. Bagi siswa, penilaian guru merupakan alat bantu untuk mengatasi kekurangmampuan atau ketidakmampuannya dalam menilai kemampuan dan kemajuan diri sendirinya, siswa memiliki kesadarannya yang lugas mengenai eksistensi kemampuan aklnya sendiri ( Mulcahy  et al, 1991 ). Dengan demikian, siswa diharapkan mampu menentukan posisi dan statusnya secara tepat diantara teman-teman dan masyarakatnya sendiri.
Bagi orangtua atau wali siswa, dengan evaluasi kebutuhan akan pengetahuan mengenai hasil usaha dan tanggung jawabnya mengembangkan potensi anak terpenuhi. Pengetahuan seperti ini dapat mendatangkan rasa pasti kepada orangtua dan wali siswa dalam menentukan langkah-langkah pendidikan lanjutan bagi anaknya. Sedangkan bagi para guru sendiri ( sebagai evaluator ), hasil evaluasi prestasi tersebut dapat membantu mereka dalam menentukan sikap diri sendiri.
3)        Ragam evaluasi. 
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya pun banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
a.    Pre test dan post test.
Kegiatan pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan dimulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Evaluasi ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrumen tertulis.
            Post test adalah kebalikan dari pre test, yakni evaluasi yang dilakukan oleh guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah unutk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini uga berlangsung singkat dan cukup dengan menggunakan instrument sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya sangat terbatas.


b.    Evaluasi bersyarat.
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh: evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan, karena penjumlahan merupakan prasyarat atau dasar perkalian.
c.    Evaluasi diagnostik.
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan.
d.   Evaluasi formatif.
Evaluasi jenis ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic, yakni untuk mendiagnosis ( mengetahui penyakit atau kesulitan ) kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosisi kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).
e.    Evaluasi sumatif.
Ragam penilaian sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja kademik atau prestasi belajar atau siswa pada akhir priode pelaksanaan program pengajaran. Evluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke  kelas yang lebih tinggi.

f.     UAS dan UN
UAS ( Ujian Akhir Sekolah )  dan UN ( Ujian Nasional ) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa. Namun, UAS dan UN ini dirancang unutk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu seperti jenjang SD dan MI ( Madrasah Ibtidaiyah ), dan seterusnya.
2.      Faktor-faktor yang Mempenaruhi Prestasi Belajar.
Menurut Sumiati (2009 : 38) pengertian belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Menurut Oemar Hamalik ( 2008 : 36 ) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Jadi belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami.
Kunandar  ( 2007 : 298 ) menyatakan bahwa belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap. Sedangkan menurut Cronbach dikutip oleh Kunandar  ( 2007 : 298-299 ) pengertian belajar adalah learning is shown by a change in behavior as a result of experience. ( Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman )
Aunurrahman ( 2009 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan dari elemen yang penting dari pengertian yaitu :
a.    Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
b.    Belajar merupakan perubahan tingkah laku. Perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga yang mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk tergantung pada keadan lingkungan tempat siswa itu berada.
c.    Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
Dengan demikian jelaslah bahwa belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan serta perkembangan pribadi dan perilaku individu sebagai dari hasil berbagai macam pengalaman. 
Menurut Muhibbin Syah ( 1995 : 204 ) Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam.
1.    Faktor internal ( faktor dari dalam siswa ), yakni keadan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.    Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa ), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap concerving terhadap ilmu pengetahuan tau bermotif ekstrinsik ( faktor Eksternal ) umpamanya biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinterigensi tinggi ( faktor internal )dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya ( faktor eksternal ), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut diataslah, muncul siswa-siswa yang berpretasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
1.    Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni : 1) Aspek Pisiologis ( faktor yang bersifat jasmaniah ) ;2) Aspek Psikologis ( yang bersifat rohaniah ); 3) Aspek Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan.
a.       Aspek pisiologis.
Kondisi umum jasmani dan tonus ( tegangan otot ) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, disertai pusing-pusing kepala misalnya,dapat menurunkan kualitas ranah cipta ( kognitif ) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan  mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjukan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal  secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab pola makan-minum dan istirhat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa,  seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khusunya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic ( agama dan citra ). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.
Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga di atas, anda selaku guru yang  profesional seyogianya bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin ( periodic ) dari dinas-dinas kesehatan. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi kekurang sempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa-siswa tertentu itu ialah dengan menempatkan mereka di deretan terdepan secara bijaksana. Artinya, anda tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan ( apalagi didepan umum ) bahwa mereka ditempatkan di depan kelas karena kekurangbaikan mata dan telinga mereka. Langkah bijaksana ini perlu diambil untun mempertahankan self-esteem dan self-confidence siswa-siswa khusus tersebut. Kemerosotan self-esteem dan self-confidence ( rasa percaya diri ) seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi under achiever atau mungkin gagal, meskipun kapasitas kognitif mereka normal atau lebih tinggi daripada temen-temennya.
b.      Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk psikologi yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umunya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : 1) tingkat kecerdasan / intelegensi siswa; 2) sikap siswa ; 3) bakat siswa ; 4) minat siswa ; 5) motivasi siwa.

Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “ menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingakat keberhasilan siswa. Ini  bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif  berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif  tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif,  terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda yang baik baik proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan pada mata pelajaran anda, apalagi jika di iringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

Bakat Siswa
Secara umum bakat merupakan adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan dmkian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa disebut juga sebagai anak berbakat.

Minat siswa
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber ( 1988 ), minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantngannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti : pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Motifasi siswa
Pengertian dasar motifasi ialah keadaan internal organisme- baik manusia ataupun hewan- yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Muhibbin Syah ( 2005 : 210 ).
c.       Aspek Keluarga sebagai Lingkungan Pendidikan
Tugas orang tua, disamping member nafkah fisik seperti makan, minum, sandang, papan dan sebagainya bagi perkembangan dan kesehatan keluarga, khususnya anak-anak, maka tanggung jawab besar lainnya bagi orang tua adalah mendidik anak. Mendidik anak bagi orang tua merupakan tugas dan tanggung jawab yang tidak dapat ditawar-tawar, karena tanggung jawab ini sanagt penting dalam rangka mengembangkan anak secara utuh dan sempurna, sehingga nantinya anak dapat menjadi manusia dewasa yang dapat mengemban kewajiban, menjalankan risalah dan menjalankan tanggung jawabnya, bagaik sebagai pribadi, sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, sebagai warga Negara, sebagai warga dunia maupun sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa.
Dalam Qs. Lukman:13 Allah swt menganjurkan agar manusia memperhatikan ketika lukman member pendidikan kepada anaknya, dengan firman-Nya yang artinya ” Dan (inagtlah) ketika Lukman berpetuah kepada anaknya,” Hai anakku! Janganlah kamu mem-persekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah kezaliman yang benar”
Ayat tersebut terkandung maksud agar setiap orang tua memperhatikan dan mengikuti jejka Lukman, yakni member pendidikan kepada anak untuk hal-hal yang sangat prinsip, agar nantinya tidak mencelakakan diri anak dan keluarga.
2.    Faktor Eksternal Siswa.
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga berdiri atas dua macam yakni : faktor lingkungan sosial dan faktor nonsosial.
a.       Lingkungan sosial.
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapt menjadi daya dorong yang positif bagi belajar siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demokrasi keluarga ( letak rumah ), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b.      Lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan dan waktu belajar yang digunakan siswa.faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.
Contoh: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja ( seperti lapangan voli ) akan mendorong siswa untuk berkeliaran yang ketempat-tempat yang sebenarnya tak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu  jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1991. Kapita Selekta Pendidikan ( Islam dan Umum ). Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimin. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi.  2007 . Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan . Bumi Aksara. Jakarta
Arsyad Azhar. 2009. Media Pembelajaran ,Raja Grafindo persada .Bandung
Ali, Muhammad. 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengaja. Bandung : Sinar Baru
Aunurrahman.2009. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Bariroh.2004.Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan Dalam Meningkatkan Kegiatan Belajar Mengajar Di SLTPN 1 Losari, Kabupaten Cirebon.STAIN Cirebon : Tidak Diterbitkan
Dale.1969. audiovisual Method in Teaching. NY: Dyden Pres
Dananjaya, Utomo. 2010. Media Pembelajaran Aktif. Bandung : Nuansa
Fathurrohman, Pupuh. dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Refika Aditama
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Kunandar. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dan Persiapan menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Persada
Sadiman, Arief S. 2003. Media Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Al Fabeta
Sumiati. dkk. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima
Sumiartie,Uum,S. 2009. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar, UNSWAGATI Cirebon: tidak diterbitkan.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Syamsudin Makmun, Abin. 2009. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Raharjo, Hendri. 2009. Suplemen Multimedia Pembelajaran Berbasis Komputer. Cirebon : CV Pangger
Rasyid, Harun. dkk. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung :  CV Wacana Prima