Senin, 11 Mei 2015

Syair Jalaludin Rumi




Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, ia mampu berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. 
Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.
salah satu syairnya yaitu...


…Ketika dalam dada

Nyala cinta dihidupkan

Apa pun miliknya, kecuali cinta

Lebur lenyap dihanguskan

Semua saja, otak cemerlang

Pengetahuan, buku-buku yang pernah kubaca,

Kepenyairan yang kujelang

Dan segala milik pujangga; lenyap musnah

(Ketika dalam Dadaku; Rumi)

Siapa pula aku, apa gerangan cinta dan benciku?

Kaulah yang pertama, dan yang terakhir jugalah kau nanti

Jadilah penghabisanku lebih bermakna dari pertamaku

Apabila kau sembunyi, akulah kafir

Apabila kau mewujud, aku si setia

Aku tak memiliki apapun selain yang telah kau berikan padaku

Apa pula yang kaucari di balik dada dan lengan bajuku

(Hanya Kau; Rumi)