Hai sobat jolis hari ini tanggal berapa ya?Hmm dah tanggal 30 maret yah... Nah ada yang tau nggak sih di hari ini ada peringatan apa? Okay. hari ini hari perfilman Indonesia. Dan berarti memperingati Hari Film Nasional yang jatuh pada
hari ini (30/3), bioskop Regent 21 di Bandung memutar film karya Usmar Ismail
yang berjudul Darah dan Doa atau The Long March of Siliwangi.
Menurut Yana Mulayana dari Forum Film Bandung selaku penyelenggara, Kota
Bandung tidak bisa dilepaskan peranannya dengan perkembangan film nasional,
sejumlah film menandai perjalanan sejarah perfilman nasional.
Oiya sebelumnya aku mau ngasih sejarahnya dulu ya.. tapi singkat ya sejarah perfilmanIndonesia...
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang
pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan
gambar negatif dari sebuah objek. Yang kedua, film diartikan sebagai lakon atau
gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau
gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam
bentuk gambar negative. Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam
media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam
media digital.
klasifikasi berdasarkan genre
film itu sendiri. Terdapat beragam genre film yang biasa dikenal masyarakat
selama ini, diantaranya:
- Action
- Komedi
- Drama
- Petualangan
- Epik
- Musikal
- Perang
- Science Fiction
- Pop
- Horror
- Gangster
- Thriller
- Fantasi
- Disaster / Bencana
Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang
panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika
film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal.
Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain.
Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady, Desy Ratnasari.
Pada tahun-tahun itu acara Festival Film
Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan
kepada insan film Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal
perfilman Indonesia semakin jeblok pada tahun 90-an yang membuat hampir semua film
Indonesia berkutat dalam tema-tema yang khusus orang dewasa. Pada saat itu film
Indonesia sudah tidak menjadi tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari
Hollywood dan Hong Kong telah merebut posisi tersebut.
Era awal perfilman Indonesia ini diawali dengan
berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900
di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep
yang menayangkan berbagai film bisu. Film pertama yang dibuat pertama kalinya
di Indonesia adalah film bisu tahun 1926
yang berjudul Loetoeng Kasaroeng
dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Saat film ini dibuat dan
dirilis, negara Indonesia belum ada dan masih merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan
didukung oleh aktor lokal oleh Perusahaan
Film Jawa NV
di Bandung dan muncul pertama kalinya pada
tanggal 31 Desember, 1926
di teater Elite
and Majestic, Bandung.
Setelah sutradara Belanda memproduksi film lokal, berikutnya datang Wong
bersaudara yang hijrah dari industri film Shanghai. Awalnya hanya Nelson Wong yang
datang dan menyutradarai Lily van Java (1928)
pada perusahaan South Sea Film Co. Kemudian kedua adiknya Joshua dan Otniel
Wong menyusul dan mendirikan perusahaan Halimoen Film.
Sumber : Wikipedia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar